Posted by arthomoro
On
Minggu, 26 Februari 2012
Seorang
mahasiswa membuat ide gila untuk menternakan ayam yang diambil sebagian
organ sarafnya agar ayam-ayam itu tak takut lagi hidup seperti di
peternakan manusia ala film The Matrix.
Foto: André Ford
Pada film The Matrix, diceritakan bahwa manusia pada suatu masa
berperang dengan para robot ciptaan mereka sendiri yang berkembang
menjadi terlalu pintar. Untuk mengakhiri perang, manusia menembakan asap
gelap diangkasa agar para robot tak bisa lagi hidup dengan mengandalkan
tenaga surya. Tapi pada akhirnya para robot tetap lebih superior, dan
ras manusia yang kalah perang, dijadikan sumber energi para robot dengan
diternakan di rak-rak kapsul bertingkat untuk disedot bio energi dan
panas tubuhnya. Agar manusia-manusia ini tak memberontak, dibuatlah
sebuah program simulasi The Matrix yang akan membuat manusia terus hidup
terlena di dunia maya. Konsep serupa seperti cerita diatas kini telah
diambil oleh seorang mahasiswa arsitektur bernama André Ford, tapi
untungnya yang menjadi korban kali ini bukan kita, melainkan ayam.
Dalam proposalnya, ia mengajukan sistem peternakan baru dimana para
ayam ini diternakan di sebuah rangka vertikal, lengkap dengan berbagai
peritil-peritil futuristik seperti kabel dan selang agar ayam-ayam
tersebut tetap hidup seadanya hingga mereka besar dan menjadi menu
hidangan utama di meja makan kita. Hal ini bagi Ford, penting dilakukan
agar manusia tak membutuhkan banyak ruang untuk memenuhi kebutuhan
pangannya yang semakin mendesak.
Terlepas dari 'kejam'nya ide
tersebut, terutama bagi para ayam, ada dua masalah yang bakal dihadapi
oleh proyek Ford. Pertama, timbulnya pemberontakan para ayam. Maksud
kami disini, bukan semacam pemberontakan kaum reformis di Mesir,
melainkan reaksi pemberontakan alami para ayam. Karena tentu saja tak
ada ayam yang suka gaya hidup mereka selama ini digantikan dengan gaya
hidup ala jemuran; digantung dan seumur hidup hanya makan dari selang
khusus. Lalu bagaimana solusinya agar ayam-ayam ini bersedia hidup
bagaikan mayat hidup tanpa melakukan perlawanan? Karena membuat dunia
mimpi ala The Matrix versi ayam rasanya terlalu mustahil, maka mereka
mengusulkan metode yang paling mungkin untuk saat ini: Mencabut organ
Cerebral Cortex para ayam.
Cerebral Cortex adalah kumpulan
jaringan saraf yang beperan besar dalam hal memproses memori, perasaan,
pikiran, bahasa dan kesadaran mahluk hidup. Jika organ ini diambil dari
seekor ayam, tentu kita bisa menduga bagaimana nasib ayam itu
selanjutnya. Kejam? Bagi kita jelas iya, tapi bagi Ford, ada dua hal
yang membuat hal ini penting: Pertama kebutuhan manusia akan daging yang
terus meningkat, dan kedua, agar ayam-ayam ini lebih 'sejahtera' dengan
hidup tanpa kemampuan untuk merasakan beban mereka di masa depan
(disembelih untuk kita-kita).
Dengan cerebral cortex dicabut,
maka tinggal satu lagi tantangan yang tersisa, yaitu perkembangan otot
pada ayam. Untuk masalah ini, Ford memberikan solusi sementara dengan
menggunakan kejutan listrik pada ayam-ayam itu.
Jika kamu mulai
menilai Ford sebagai mahasiswa tergila dengan idenya tersebut, maka
kamu salah. Ide yang mirip seperti ini pernah dikemukakan oleh seorang
ahli filsafat dari Pudue University bernama Paul Thompson. Sekitar 1
dekade yang lalu, ia mengeluarkan sebuah ide agar ayam-ayam ternak
diringankan penderitaan hidupnya dengan cara dibutakan. Lho, Jadi buta =
penderitaan hidup lebih ringan? Emh. Ok, saya memang seringkali tak
mengerti dengan pola pikir para ahli filsafat. Pokoknya, menurut pria
ini, ayam yang buta tak akan merasa pusing apabila ditempatkan pada
sebuah kandang yang sempit dan sumpek. Jadi kita bisa menempatkan jumlah
ayam lebih banyak dalam satu tempat.
Nah, menurut kamu sendiri
bagaimana? Apakah praktek-praktek seperti ini penting bagi ketahanan
pangan manusia, atau terdengar terlalu tak berperasaan?
0 komentar:
Posting Komentar